Desain Simpang Budaya

February 25, 2010

Dalam rangka memperingati Tahun Baru China, Majalah Concept edisi bulan Febuari membahas tentang Desain di Simpang Budaya yang mengupas budaya & desain peranakan di Indonesia. Mulai dari Porselen Blue & White, Kain Batik & Kebaya sampai ke Interior, Arsitektur dan Grafis. Berikut ini adalah ulasan tentang desain grafis peranakan. Gong Xi Fa Cai !

majalah concept, februari 2010

GRAFIS

Simbolisme & Eklektisisme Visual

Ketika budaya peranakan telah eksis di Indonesia, saat itu belum ditemukan desain grafis dengan kata lain, desain grafis belum dikenal. Hingga untuk melihat sejauh mana perkembangan desain grafis dalam konteks desain peranakan, narasumber Concept, Hermawan Tanzil, mengakui hal ini bukanlah suatu perkara yang mudah. Namun bila melihat seperti apa desain grafis yang masuk dalam peta desain peranakan saat ini, Creative Director LeBoYe yang sangat concerned dengan cultural design ini menuturkan desain peranakan banyak terpengaruh oleh diversifikasi seni yang telah berkembang lebih dahulu. Seperti busana kebaya, batik, poselen, perhiasan, interior dan arsitektur. (Rina Hutajulu)

Ragam seni ini pun, seperti telah disinggung sebelumnya, pada hakikatnya merupakan hasil dari suatu proses percampuran multibudaya. Dan karakter-karakter visual yang lahir dari percampuran multibudaya dari tiap jenis seni itulah yang akhirnya diadopsi dalam desain grafis.

Bila ditelah lebih dalam, maka karakter yang menonjol dalam desain peranakan adalah aspek ornamental dan dekoratif. Contohnya adalah porselen peranakan yang memang sangat dekoratif, belum lagi interior bangunan peranakan yang sarat dengan ukiran-ukiran sebagai ornamen. Pengaruh budaya Tionghoa yang menjadi salah satu unsur dalam budaya peranakan cukup kuat menonjol dalam permainan warna, yaitu merah. Meski masih ada juga sejumlah warna lain yang dipakai oleh masyarakat peranakan pada karya desain mereka seperti magenta, ungu dan hijau, tapi merah adalah dominan.

Apakah karakter-karakter ini hanya berbicara keindahan visual dari percampuran budaya semata? Tidak juga. Budaya Tionghoa yang larut dengan kepercayaan bahwa setiap mahluk memiliki maknanya sendiri, menyebabkan ukiran-ukiran mereka, sebagai contoh otentik, mengadopsi bentukbentuk visual flora dan fauna yang memiliki makna khusus maupun harapan baik bagi masyarakat peranakan kala itu. Visual makhluk hidup ini juga bisa dilihat pada dekorasi kain yang mereka kenakan. Oleh karena itu, bila berbicara perihal desain peranakan dari kacamata grafis, tidak hanya menganut karakter visual semata. Di sinilah nilai lebih dari desain peranakan yang mengandung pertimbangan filosofis yang kuat di balik karya desain mereka yang sekilas terlihat kompleks karena begitu ornamental dan dekoratif.